Hipmala ku sayang….

April 22, 2008

Pelantikan, Pentas Seni dan Dialog HIPMALA Yogyakarta

Filed under: Seni Budaya — hipmala @ 5:47 am
Tags:

Pengurus Himpunan Pelajar Mahasiswa Lampung (HIPMALA) Yogyakarta periode 2008 -2009 di lantik Kepala Bappeda Propinsi Lampung , Suryono SW mewakili gubernur Propinsi Lampung, Drs Sacjhroedin ZP, SH di Gedung Societed, Taman Budaya Yogyakarta, sabtu 19 april 2008.

Kepengurusan HIPMALA Yogyakarta di ketuai oleh Achmad Jaka Mirdinata, Samsul hadi S (wakil Ketua), Siti Maysaroh (Sekretaris), Uswatun Hasanah (Wa. Sekretaris), Sevia Fr (Bendahara), Amalia Trisnaningtyas (wakil Bendahara), dan di dampingi oleh Kepala Bidang dan Anggota diantaranya Wahyu Hidayat (Kepala Dep. Penelitian dan Pengembangan), al-Izhar ( Kepala Dep. Humas), Susanto ( Kepala Dep. Kaderisasi), Tri Ari Prasetyanto (Kepala dep. Olah Raga), dan Indit Rahmawati ( Kepala Dep. Seni Budaya).

Pelantikan dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta, Kepala Dinas Pendidikan DI Yogyakarta, Para sesepuh, Pelajardan Mahasiswa Lampung dari Semarang, Boyolali dan Solo dan Seluruh IKPM se Indonesia Di Yogyakarta.

Pada sesi dialog dengan Gubernur (more…)

April 4, 2008

Bingkai: Defamilierisasi Tari Bedana

Filed under: Seni Budaya — hipmala @ 4:39 am
Tags:

DALAM acara pesta muda mudi, ketika disuruh berdiri kemudian memilih musik untuk bergembira dan menari, apa yang akan Anda pilih? Pasti mengemuka pilihan; disko, remix, dangdut, poco-poco, cha-cha, ska, atau justru meneriakkan terserah DJ!

Mustahil rasanya memilih, “Tari bedana aja!” Bahkan ketika pertanyaannya dibuat pilihan ganda sekalipun, mungkin malah muncul pertanyaan, “Apa sih Tari Bedana itu?”

Padahal Tari Bedana adalah perwujudan luapan sukacita atas wiraga (gerak badan) untuk mencapai ekstase, dalam batas-batas tertentu ketika menari diiringi gamelan khasnya, jiwa kita seperti mengembarai lembah-lembah hijau di bawah kaki Gunung Rajabasa, semua berubah indah. Riang.

Estetika tari bedana membuat kedirian kita berasa selalu muda. Penuh antusiasme. Dan pada kesempatan lain, ketika menyaksikan langsung tari bedana (more…)

Tari Cangget (Lampung)

Filed under: Seni Budaya — hipmala @ 4:16 am
Tags:

1. Pengantar

Lampung adalah sebuah provinsi yang letaknya paling selatan di Pulau Sumatera. Di dalam provinsi ini penduduknya terbagi dalam beberapa suku bangsa yaitu: Suku bangsa Lampung, Jawa, Sunda dan Bali (www.wikipedia.org). Pada Sukubangsa Lampung sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu Lampung Pepadun dan lampung Sebatin. Lampung Sebatin adalah sebutan bagi orang Lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai selatan Lampung. Sedangkan, Lampung Pepadun1 adalah sebutan bagi orang Lampung yang berasal dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah barat Lampung Utara) dan menyebar ke utara, timur dan tengah provinsi ini. Sebagaimana masyarakat lainnya, mereka juga mereka menumbuh-kembangkan kesenian yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi jatidirinya. Dan, salah satu kesenian yang ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Lampung, khususnya Orang Pepadun, adalah jenis seni tari yang disebut “tari cangget”.

Konon, sebelum tahun 1942 atau sebelum kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia, tari cangget selalu ditampilkan pada setiap upacara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti: upacara mendirikan rumah, panen raya, dan mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Pada saat itu orang-orang akan berkumpul, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan dengan tujuan selain untuk mengikuti upacara, juga berkenalan dengan sesamanya. Jadi, pada waktu itu tari cangget dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada suatu desa atau kampung dan bukan oleh penari-penari khusus yang memang menggeluti seni tari tersebut.

Waktu itu para orangtua biasanya memperhatikan dan menilai gerak-gerik mereka dalam membawakan tariannya. Kegiatan seperti itu oleh orang Lampung disebut dengan nindai. Tujuannya tidak hanya sekedar melihat gerak-gerik pemuda atau pemudi ketika sedang menarikan tari cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan ketika mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung. Bagi para pemuda dan atau pemudi itu sendiri kesempatan tersebut dapat dijadikan sebagai arena pencarian jodoh. Dan, jika ada yang saling tertarik dan orang tuanya setuju, maka (more…)

April 2, 2008

Mawardi Harirama Pelestari Budaya Lampung

Filed under: Seni Budaya — hipmala @ 8:18 am
Tags:

Oleh
Syafnijal Datuk Sinaro

BANDAR LAMPUNG -Kepunahan budaya lokal akibat terpaan budaya global tentunya merugikan bangsa Indonesia.
Apalagi bagi Lampung, yang budayanya lebih sempurna karena memiliki aksara dan bahasa sendiri. Namun tidak banyak warga Lampung yang peduli terhadap pelestarian budaya nenek moyangnya tersebut.
Di antara yang sedikit itu, terdapat Mawardi Harimana Sultan Pengiran Pesirah Mergo (56). Ketua Paguyuban Seni Budaya Lampung Tangkai Mas Jaya ini menyatakan gelisah terhadap kelestarian budaya Lampung mengingat kian minimnya minat generasi muda untuk mempelajarinya.
Saat ini memang melalui mata pelajaran muatan lokal, aksara Lampung dipelajari dari SD hingga SMP. Tapi itu saja belum cukup, karena bahasa dan aksara yang dipelajari itu tidak digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Demikian pula dengan atraksi budaya dan pesta-pesta adatnya, baru mulai mendapat tempat sejak Sjachrudin ZP menjadi Gubernur Lampung. Bahkan kini gedung-gedung pemerintah dan swasta mulai dihiasi dengan motif-motif khas Lampung.
Mawardi mengusulkan agar ke depan, nama-nama gedung perkantoran dan toko juga dilengkapi dengan aksara Lampung, seperti di Thailand dan Jepang. “Sehingga begitu ada tamu, mereka benar-benar merasa berada di Lampung,” ujarnya dalam sebuah percakapan di rumah adatnya yang asri dan luas di bilangan Kota Sepang, Kedaton, Bandar Lampung.
Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap pelestarian dan pengembangan adat budaya
(more…)

Sastra Lampung

Filed under: Seni Budaya — hipmala @ 8:01 am
Tags:

Jenis sastra lisan Lampung

A. Effendi Sanusi (1996) membagi lima jenis sastra tradisi lisan Lampung: peribahasa , teka-teki , mantera , puisi , dan cerita rakyat.

1. Sesikun/sekiman (peribahasa)

Sesikun/sekiman adalah bahasa yang memiliki arti kiasan atau semua berbahasa kias. Fungsinya sebagai alat pemberi nasihat, motivasi, sindiran, celaaan, sanjungan, perbandingan atau pemanis dalam bahasa.

2. Seganing/teteduhan (teka-teki)

Seganing/teteduhan adalah soal yang dikemukakan secara samar-samar, biasanya untuk permainan atau untuk pengasah pikiran.

3. Memmang (mantra)

Memmang adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib: dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan celaka, dan (more…)

Laman Berikutnya »

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.